Kiat-Kiat Agar Mudah Untuk Bersedekah


Terkadang hal-hal kecil akan membuat seseorang berubah drastis. Salah satu contohnya adalah seseorang yang pelit akan berubah menjadi dermawan setelah mengalami suatu hal.

Termasuk gue.

Dulu, gue adalah orang yang sangat perhitungan, terutama dalam hal uang dan hal yang berbau dengan nilai materi. Kasarnya, gue orangnya super pelit. Gue gak mau ngasih sesuatu ke orang lain secara cuma-cuma kalau tidak mendapat imbalan dari orang yang gue kasih itu. Entah dari mana sifat ini datangnya, orang tua gak ada yang pelit. Malah rutin menyumbang ke pihak yang membutuhkan.

Ketika gue coba memberi sesuatu secara cuma-cuma kepada orang lain hati gue tidak tenang.
Ketika Jumatan pun, jarang banget gue memasukan uang ke dalam kotak amal yang dikelilingkan. Jika mengisi pun hanya seribu, gue merasa bahwa itu adalah uang terakhir dan gue taku kehabisan uang. Saat itu gue pikir, duit jajan juga gak ada, apalagi buat masukin uang ke kotak amal. Ya, uang jajan gue selalu habis tak terasa.

Di saat yang sama, gue sadar sifat pelit yang gue miliki dan sadar pula kalau itu salah. Dan seperti orang normal lainnya, gue ingin berubah.

Hari berganti hari, waktu terus berjalan. Ketika mulai menginjak akhir dari masa pubertas, tepatnya pada masa SMA, gue bertemu seseorang yang sedikit pola pikir gue. Sebut saja dia Karica. Sejauh yang gue perhatikan, dia orang yang cukup gampang memberi sesuatu kepada sesama secara cuma-cuma. Jangankan ke manusia, ke hewan pun dia begitu.

Pernah ketika gue ke rumahnya dan dihidangkan makanan. Kami makan di ruang keluarga sambil nonton TV. Menu yang disajikan ayam goreng dan tahu, setiap gue makan di sana tahu selalu ada saja, mungkin dia udah tau kalau tahu adalah makanan pokok gue hehhee. Tidak lama setelah kami makan, kemudian ada kucing tanpa pemilik (mungkin ada yang punya tapi gak terlalu diurus, keliatannya juga suram). Terlihat seperti kelaparan kucingnya. Namun gue mencoba mengusir kucing tersebut agar keluar dari rumah. Tapi ketika gue mencoba mengusirnya, Karica bilang, "Udah gak apa-apa. Dia (kucing itu) cuma mau minta makanan sisa. Gak lebih kok."

Dipikir-pikir lagi, sangat tidak akan rugi kalau kita berbagi secara cuma-cuma (gratis). Contohnya kucing tadi, dia cuma minta makanan sisa dan makanan itu tidak terbuang sia-sia.

Hal lain yang mengubah cara pandang gue, masih melibatkan Karica dan temen warnet gue dari SMP, Sony. Pertama Karica, waktu itu kami pergi ke acara Telkomsel Maxcited 2016 (atau mungkin yang lain, lupa lagi soalnya :D). Ketika kami berjalan, ada pengemis ibu-ibu keliatannya menyedihkan banget, lalu Karica mengeluarkan selembar uang, cukup besar nominalnya dan cukup juga untuk membeli bensin full tank, kemudian memberikannya kepada pengemis itu. Gue cukup heran dan bertanya, "Kalo ibu-ibu itu cuma pura-pura dan uangnya disalahgunakan gimana?" Karica jawab, "Gak apa-apa, yang penting niatku baik dan ikhlas."

Kedua Sony. Waktu itu kami sedang berjalan bersama 3 orang lainnya sesudah pulang dari warnet Digital Lounge untuk menghadiri turnamen sgme online. Di saat berjalan kami melihat seorang pengemis yang benar-benar terlihat susah. Kemudian Sony mengeluarkan uang yang nominalnya cukup untuk membeli tahu bulat 3 biji dan memberikannya kepada pengemis itu. Dari situ gue mikir lagi, Sony aja yang susah jajan dibandingin gue bisa ngasih ke orang lain secara cuma-cuma.

Dan masih banyak lagi hal-hal kecil yang mengubah pola pikir gue tentang berbagi. Yang tidak gue jelaskan di sini adalah dengan banyak mendengar kuliah tentang sedekah/berbagi secara tidak sengaja. Karena udah terlalu mainstream.

Lalu gue mulai membiasakan diri untuk rutin mengisi kotak amal saat jumatan. Walaupun berat rasanya, tetap gue paksakan untuk mengisinya. Nominalnya tidak besar, hanya dua ribu rupiah setiap minggu rutin. Pada 5-6 bulan pertama, terasa sangat berat. Dan gue merasa uang gue terus habis tak terasa. Lalu pada 6 bulan setelahnya, gue sudah terbiasa, dan anehnya uang gue selalu ada walaupun gue mengeluarkan lebih dari 20.000 per minggunya untuk bersedekah. Jelas, 2000 dan 20.000 sangat beda jauh. Dan gue rasa 20.000 cukup besar bagi pelajar untuk disisihkan dari uang jajannya. Tetapi uang bensin, paket internet, warnet, komputer, laptop, masih ada. Bahkan bisa dikatakan lebih dari cukup.

Sejauh ini gue menarik kesimpulan bahwa keikhlasan hati memang sangat berpengaruh. Mungkin pada 6 bulan pertama gue kurang ikhlas ketika mengisi kotak amal itu. Enam bulan setelahnya, gue terbiasa dan sudah ikhlas 100% dan yakin apa yang telah gue berikan akan terganti dengan berbagai bentuk yang dibutuhkan. Terbukti sekarang, walaupun gue rutin bersedekah dengan nominal cukup besar bagi pelajar, gue tidak pernah kehabisan uang jajan. Dompet gue selalu terisi uang, setidaknya ketika gue membutuhkan uang, selalu ada yang membahagiakan tersimpan di dalam dompet. Jangan takut miskin ketika bersedekah.

Dipikir-pikir lagi, ketika masa 6 bulan pertama, gue sedang berada dalam fase belajar bersedekah. Dan seperti biasa, dalam belajar selalu ada hambatan. Tergatung kita menghadapinya, kalau kita benar-benar ingin belajar, kita pasti dapat melaluinya. Kalau tidak benar-benar, pasti akan kalah. Belajar bersedekah sama saja belajar ilmu ikhlas. 

Sekarang, setelah gue berubah, waktu jumat tiba ketika kotak amal lewat di depan rasanya ada yang kurang kalau gue tidak mengisinya. Ketika gue lupa membawa uang saat jumatan (yang otomatis tidak memasukan uang ke dalam kotak amal), gue akan menggantinya di minggu depan karena gue sudah menyisihkan dana kotak amal per minggunya. Jadi kalau minggu ini tidak memasukan uang ke kotak amal, berarti gue harus memasukan uang ke kotal amal 2x lipat di minggu depan. Misal nominal rutinnya 5000, kalau minggu ini gak masukin berarti minggu depan harus 10.000. Ya, ini bisa terjadi karena sifat hitung-hitungan gue tidak bisa dihilangkan.

Selain itu, gue juga jadi senang memberi makanan ke kucing kampung yang dateng ke rumah. Tidak hanya makanan sisa, skrg gue sengaja menyisihkan makanan secara sengaja lalu diberikan ke kucing yang ke rumah (karena yang sering datengnya kucing, kalo yang datengnya anjing mungkin gue udah ngibrit ketakutan). Dan gue rasa, sekarang jadi banyak kucing yang dateng ke rumah, terutama kucing-kucing yang masih lucu-lucunya. Hampir setiap hari ada saja kucing yang mampir ke rumah. Bahkan sering ada kucing yang sengaja dateng ke rumah lalu duduk disamping gue seperti sekarang ketika gue sedang menulis post ini. Tanpa meminta makanan.

Oh, iya, seumur hidup gue tidak pernah memberikan uang kepada pengemis seperti apa yang temen gue lakukan. Karena gue pikir, kalau pengemis itu masih bisa berusaha untuk mendapatkan uang. Misalnya kalau ada pengemis yang tangannya cuma satu, sebenernya dia masih bisa bekerja dengan keterbatasannya itu. Buktinya ada penulis yang kehilangan tangannya saat masih kecil tapi ia tak patah semangat. Lalu ada atlit atletik yang tidak mempunyai kaki utuh, hanya sampai lutut saja. Mereka masih bisa berusaha. Gue sangat percaya, Tuhan memberikan kekurangan pada hamba-Nya beserta kelebihannya. Bahasa gaulnya kaya gini: paket combonya Tuhan tuh gini kekurangan+kelebihan=mantap.

Lalu kepada siapa dong kita bersedah? (dalam bentuk materi)
banyak kok lembaga amal yang terpercaya. Atau bagi pelajar, SMA khususnya, ada kesempatan bagi siswa untuk belajar bersedekah. Di sekolah gue, setiap Jumat ada pengumpulan dana untuk kesejahteraan masjid sekolah yang dilaksanakan oleh ekstrakurikuler Ikatan Remaja Masjid. Itu salah satu sarana gue untuk belajar bersedekah. Karena gue orangnya pengen tau banget, gue tanya ke salah satu pengurus IRMA, "Mau dipake apa uang itu?" jawabannya, "Buat masjid gitu...." pokoknya gitu jawabannya. Karena menurut gue selain harus ikhlas, kita juga harus tau ke mana uang yang telah kita sedekahkan akan menuju.

Wali kelas gue saat kelas 10 dan 11 yang orangnya sama pernah bilang, kita harus belajar bersedekah dari sekarang agar sampai tua nanti kita terbiasa. Kalimat itulah yang membuat gue konsisten sampai saat ini. 

Terakhir, seperti yang tidak biasa, gue harap orang yang sedang belajar bersedekah dan yang sudah terbiasa, agar tetap konsisten sampai ajal menjemput.

*sekali-sekali bikin post yang ada manfaatnya hahaha


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.