Belajar Adalah Tentang Menghargai

Tahun 2018 adalah tahun pertama gue kuliah. Lebih tepatnya di semester satu. Yang gue pikirkan sebelum kuliah, "Kuliah asik nih, bisa bebas." Pikiran seperti itu adalah pikiran umum dan, mungkin, klise bagi semua siswa khususnya kelas 12 yang hendak melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Sebenarnya pikiran itu tidak sepenuhnya salah.


Pertama, di dunia perkuliahan, kita memang dibebaskan untuk memilih serius atau main-main. Karena pihak kampus pun tidak akan menyuapi mahasiswa satu per satu. Bagi yang ingin serius, silakan. Bagi yang ingin main-main, jangan lupa bahwa drop-out bukan hal yang mustahil.


Kedua, di kuliah sebenarnya kita cuma diberikan materi fundamental suatu keilmuan. Sisanya, mahasiswa silakan kembangkan secara mandiri. Banyak dosen yang pernah mengajar di kelas bilang, "Waktu di kelas tidak cukup untuk belajar." Dan... gue baru setuju tentang hal tersebut akhir-akhir ini.


Oke, balik ke cerita gue lagi.. 

Baca juga: TUHAN MAHA PEMBERI, TAPI AKANKAH DIA MEMBERI KEPADA KITA?


Di semester pertama, gue dapat mata kuliah Algoritma dan Pemrograman. Secara keseluruhan, mata kuliah (matkul) tersebut merupakan matkul fundamental dan memang rata-rata matkul di semester pertama adalah matkul dasar.


Setiap kuliah, gue selalu memerhatikan dosen ketika menjelaskan. Dan ketika praktikum, gue selalu ikuti dosen ketika mengajar. Ketika dosen mengetik kode, gue ikuti. Sementara tidak sedikit dari temen-temen gue yang malah buka YouTube, buka WhatsApp Web, atau bahkan malah download drama Korea. Gak salah sih, cuma gak tepat aja waktunya.


Tapi gue memutuskan untuk tidak ikut-ikutan. Gue memutuskan untuk mengikuti mata kuliahnya dan menghargai dosen dengan cara mengikuti kuliahnya. Jadi ketika mata kuliah Algoritma dan Pemrograman dimulai, gue fokus untuk mengikuti kuliahnya. 


Kenapa gue gak ikut-ikutan buka YouTube atau streaming saat matkul tersebut berlangung? Jawabannya sederhana: karena gue ingin menghargai dosen. Jujur, gue tidak berharap untuk pandai atau mengerti mata kuliah tersebut. Tidak... karena matkulnya pun pusing coy HAHAHA. (FYI, di matkul itu pola pikir kita [mahasiswa] bener-bener dibolak-balik mengenai pemrograman, so I think that course was not understandable).


Lalu tibalah saat Ujian Praktikum matkul tersebut. 


Kami diberi waktu 1,5 jam untuk mengerjakan soal berupa beberapa studi kasus untuk diimplementasikan ke dalam sebuah code. Ujian tersebut bersifat close book/source. 


Dan baru sekitar 15 menit, gue sudah menyelesaikan semua soal dengan akurasi 90%. Kaget? Ya gue sendiri juga kaget. Ketika praktikum dan mulai ngoding, selalu saja gue mendapat sebuah error pada kodingan. Jarang banget gue ngoding dan langsung bisa di-run kodenya, ada aja error (seperti yang sudah gue singgung di atas, matkul tersebut memang matkul yang rempong). Tapi waktu ujian itu, ajaibnya gue ngoding sekali jadi (ya ada sih error, tapi langsung dan mudah untuk diperbaiki).


Contoh lain, di semester pertama ada juga mata kuliah Matematika Diskret (Matdis). Di matkul Matdis, bisa dibilang (kasarnya) matematika yang dipelajari di SMA itu gak guna. Masa sebelas (11) ditambah satu (1) sama dengan seratus (100). Matkul Matdis ini pun ada kaitannya sama matkul Algoritma (emang sih semua matkul ada aja kaitannya). Ketika Ujian, gue bisa lancar mengerjakan soal demi soal (yang gak masuk akal buat otak SMA gue waktu itu).


Dan kejadian itu gak hanya di mata kuliah Algoritma dan Pemrograman, mata kuliah lain pun seperti (ada sih satu mata kuliah yang gue sedikit kurang respek terhadap dosennya, dan pada akhirnya gue busuk banget di matkul itu). 


Dari situ gue bisa menyimpulkan bahwa dalam belajar, pertama-tama kita harus menghargai pengajarnya. Mau sepusing apapun materinya, kalau kita udah menghargai yang memberi ilmu, gue cukup yakin ilmu itu bisa diserap. Pengajar yang gue maksud ini bisa dosen, guru, tutor online di YouTube atau tutor les online, dan pengajar-pengajar lainnya.


Setelah itu, hargai juga materinya. Misal ketika belajar bahasa pemrograman, jangan sekali-sekali bilang, "Ah bahasa ini mah gak penting, gak guna." Jangan deh, biar gak nyesel nantinya.


Segitu dulu yang bisa gue tulis pada post kali ini. Semoga bermanfaat.


Happy learning!

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.