Manusia Sebagai Negosiator

sumber: sarungpreneur.com

Dari awal sampai akhir, salah satu "hobi" manusia yang tak bisa dihilangkan yakni menawar. Di pasar misalnya. Ada penjual yang menjajakan barangnya dan kita menginginkan barangnya. Dihampirilah pedagang tersebut. Apa yang dilakukan oleh kita saat berada di depan pedagang dan barangnya? Ya, menanyakan barangnya. Bisa spesifikasi barangnya, umur barangnya, kualitas dan kuantitas barangnya, atau kalau makanan kita akan menanyakan kandungan makanan tersebut. Dan untuk semua barang dagangan yang pasti akan ditanyakan adalah harganya. Setelah tahu harganya, mulailah kita bernegosiasi dengan pedagangannya.

Di situlah kita bisa menyalurkan hobi kita dalam hal tawar-menawar. Kita menawar harganya agar mendapatkan harga lebih rendah dari harga aslinya walaupun kata pedagangan tersebut bahwa harga yang telah ia berikan sudah paling murah. Tetap saja pembeli menginginkan harga yang paling murah. Itu wajar karena sisa uang yang kita miliki bisa dipakai untuk keperluan lain.

Gue punya teman yang hobinya, kalo belanja, menawar terus. Gak di pasar, gak di warung, nawar terus kerjaannya. Ia bilang kalau sisa uang yang dimilikinya bisa digunakan untuk hal lain. Persis dengan apa yang telah gue sampaikan. Bahkan, ketika gue menemaninya belanja, ia selalu adu mulut ketika menawar harga dengan pedagang. Ketika gue bertanya, "Kenapa sih sampe perlu ribut-ribut gitu?" Di jawab dengan santainya, "Namanya juga cewek, kalo gak nawar gak asik." Dan gue jawab lagi, "Gak perlu ribut juga kali. Kan bisa cari di tempat lain." Dia jawab, "Kalo udah jodoh susah buat cari yang lain." Dan gue jawab dalam hati, "Serah lu dah!" Menurut gue, tidak hanya perempuan yang suka menawar harga, laki-laki juga. Tapi ya kebanyakan yang suka nawar cewek. Mungkin ada juga yang malas menawar ketika membeli sesuatu, tapi gue yakin dalam hatinya pasti ada hasrat untuk mendapatkan suatu barang dengan harga murah.

Contoh lainnya adalah saat kita mengeluh pada suatu hal. Mengeluh itulah yang membuat kita ingin menawar. Lebih jelasnya, gue beri contoh berikut. Misalnya ketika kita dapat tugas dari guru ataupun atasan kita yang buanyak banget, pasti di dalam hati kita bicara, "Males abis," alias mengeluh. Tentunya karena tugas itu terlalu banyak, ingin sekali meminta atasan kita untuk mengurangi tugas yang didapat. Namun, khusus untuk tugas yang didapat dari bos kita di kantor, jangan coba sekali-kali menawar, bisa-bisa lu dipecat.

Satu hal yang tidak bisa dipungkiri (menurut gue) adalah; Tuhan memang menciptakan kita sebagai negosiator. Seorang yang hobinya negosiasi. Kalau pembaca menganggap gue berlebihan, tidak apa-apa. Toh ini memang murni pendapatku. Gue bisa menjelaskan buktinya.

Di dalam Islam, ada suatu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan, yakni salat wajib. Ingat, tidak boleh ditinggalkan meski satu kali dengan alasan apapun sedangkan manusia selalu saja menawar. Tapi Allah maha mengetahui akan segala sesuatu. Karena Allah sudah tahu bahwa hambanya akan terus menawar, dibuatlah sebuah aturan yang meringankan kewajiban hambanya. Contohnya, ketika kita sedang bepergian jauh, kita bisa menunaikan ibadah salat Zuhur dan Ashar dengan masing-masing 2 rakaat yang mana kalau dikeadaan biasa tetap masing-masing 4 rakaat. Tetapi tetap saja, meski telah diberi keringanan masih saja ada yang tidak melaksanakan salat wajib. Ingat kejadian teman gue yang kalau nawar suka sampe berantem? Nah seperti itulah kira-kira kejadiannya kalau kita tetap tidak mengerjakan salat walaupun sudah diberi "harga" paling murah. Lebih seramnya, bagaimana jadinya kalau kita "berantem" dengan Tuhan? 

Jadi, sebagai manusia, walaupun sudah diciptakan sebagai negosiator sudah seharusnya kita mengetahui batasannya. 

kata kunci
cara negosiasi, contoh negosiasi, pasar, negosiator, 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.