HOW TO BE A LEADER



HOW TO BE A LEADER


Buat Reza Pratama, sori gue belum bisa jawab tantangan Liebster Award lo, karena….. baca aja kali ya kebawah.

Jawabannya bisa lo dapat di paragraph terakhir.

Leader, pemimpin, ketua, adalah secuil istilah dari seorang yang teratas. Mendengar kata “teratas” mungkin semua orang ingin menjadi yang teratas. Pasti. Mengapa tidak, (sepertinya), ketika kita berada di atas, identik dengan “serba enak”, dan dari kata seba enak menjadi “senang”, dari kata senang menjadi “nyaman” dan dari nyaman, bisa menyebar luas kemana-mana. Dan siapa juga yang tidak ingin nyaman. Dengan kenyamanan itu kita bisa mendapatkan kesenangan, kebahagiaan, dan semua hal baik yang ada di dunia ini, walaupun tidak semuanya.

Menjadi pemimpin itu salah satunya jika kita ingin mendapatkan kenyamanan. Dengan menjadi pemimpin kita terhindar dari perbudakan. Dengan menjadi pemimpin kita bisa bahagia.
Di post ini gue mau ngomong bahwa menjadi pemimpin itu enggak seenak itu. Dan telah terbukti oleh gue sendiri.

Iya sih kalo jadi pejabat. Mainin proyek Negara yg gede, bawa kabur dananya, dan sesudah itu kabur dari proyek itu…. Nah enak kan? Mau gak lo jadi pejabar, enak loh dapet uang gede tanpa harus kerja keras. Enak kan jadi pejabat. Kalo yang mau jadi pejabat, mulai dari sekarang, ngumpulin uang seribu sehari, nanti uang itu buat modal kampanye pas lo nyaleg. Kalo misalkan modal yang dikeluarkan 500 juta, bisa balik lagi kok dengan cara mainin proyek gede. Ayo, giatlah menabung dari sekarang. Muehehehh.

Enak kan jadi pejabat?

Oh sori, tadi gue nulis pas lagi kesurupan.

Oke, kita serius, kembali ke topic utama.

Menjadi pemimpin itu tidak segampang membalikan telapak tangan, tetapi sesulit membalikan tepalak kaki. Kalo gak percaya coba aja sendiri.  Bagi gue, menjadi pemimpin itu berarti kita keluar dari zona nyaman. Seperti jika kita sehari-hari cuma ngelamun, makan kacang, ngisep ketek, ketika kita jadi pemimpin, kita dipaksa keluar dari zona nyaman, kita harus memimpin orang lain, sabar dengan tingkah laku orang yang sedang kita pimpin, dengan begitu kita juga dipaksa untuk menjadi orang lain yang bisa memimpin, bukan kita sebenarnya yang egonya masih sangaaaaaaaaaaat tinggi. “Pemaksaan”, itu yang bisa gue simpulkan sejauh ini.

Sedikit cerita, saat ini gue sedang menjadi seorang pemimpin. Yang memaksa gue menjadi pemimpin adalah tugas sekolah. Tugas itu merupakan tugas membuat film pendek dan pastinya kita membuatnya tanpa ada sponsor/PH/apapunlah yang membiayai. Dari situ juga gue dipaksa berpikir kreatif.

Mulai dari menulis naskah, scenario, sampai proses pengambilan gambar, gue yang menangani. Dari awal gue udah ragu mempercayakan teman-teman gue sebagai crew, sekali lagi “dari awal”, tetapi apa salahnya kalau dicoba terlebih dahulu.

Awalnya mereka pada serius untuk membuat film. Rapat-rapat yang membahas seperti apakah filmnya, bagaimana ceritanya, dan sebagainya mereka ikuti dengan serius. Dalam hati gue: ternyata perkiraan gue salah.

Ketika proses pengambilan gambar pertama, semua hal tentang itu yang harusnya ditangani oleh tiap-tiap crew yang diberi tugas oleh gue, ditangani oleh gue. Mungkin ini baru pertama kalinya mereka kayak gini, jadi bisa gue maklum. Dan apa salahnya juga jika gue membantu, secara gue udah punya pengalaman walaupun sangat sedikit di bidang perfilman. Bagi yang belum tahu, gue suka nulisin naskah film-film pendek independent, gue sih seneng-seneng aja, apalagi pas gue diajak ke lokasi shootingnya. Wih, seru banget deh.

Shooting kedua kali, pada enggak bisa. Alasannya sih: pemeran utamanya gak ada. Klasik banget. Coba bikin alasan yang lebih keren, kayak: neneknya pemeran utamanya uratnya putus gara-gara breakdance kemaren sore di Taman Kota. Lebih seru kan.

Shooting berikutnya, pada enggak bisa, alasannya sama: pemeran utamanya gak ada.

Terus menerus begitu. Sampai akhirnya gue membuat sebuah tindakan, gue bilang, “Yaudah, ceritanya ganti aja. Kalo kayak gini terus gak bakalan selesai-selesai.” Dan temen-temen gue pada kebingungan, tiba-tiba gue pengen ganti ceritanya. Ya begitulah efek keluar dari zona nyaman, bisa bikin orang bingung, tapi kalo kita yakin itu bener, niscaya apa yang kita lakukan akan sesuai dengan harapan.

“Yaudah, gini-blablablablabla….” gue nyeritain cerita baru. Semuanya pada setuju dengan sedikit pemaksaan. Dengan begitu, formasi crew-nya diobrak-abrik lagi.

Inilah yang dimaksud oleh gue: pemimpin itu harus mau berinvoasi, bukan tidur enak-enakan pada saat rapat.

Shooting pertama pasca pergantian cerita, semuanya gue yang ngatur. Mulai dari sini gue udah mulai kesel, kenapa crew yang udah gue beri tugas malah asik sendiri, ada yang SMSlah, ada alay-alayan, ada yang main bola, di situ gue cuma bisa diem karena gue gak bisa marah. Coba aja kalo ada yang lompat dari lantai 2 ke sungai-yang-ada-di-belakang-kelas, gue pasti bilang: MAMPUS LO!! Sambil diiringi dengan ketawa setan, mueheheheh.

Di shooting kedua, akhirnya ada yang sadar juga buat ngejalanin tugasnya. Hati gue pun senang. Tapi kok perasaan gue gak enak, dia belum ngerti apa-apa tentang film, langsung nyebur aja. Seenggaknya baca-baca di internet tentang cara pengambilan gambar, pengarahan pemain, lighting, atau yang lainnya. Emang bener, membaca adalah jendela dunia, kalo jendela itu ditutup, kita gak mungkin bisa melihat secara langsung bagaimana indahnya dunia.

Akhirnya, hasil shooting kedua gagal.

Di shooting ketiga, gak beda jauh sama shooting pertama, gue terus yang kerja. Dan hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Di shooting keempat, tadi siang tepatnya, gue udah semangat untuk menyelesaikan filmnya. Pas mau take, eh, yang harusnya jadi tugasnya, eh, malah mainan HP. Dari situ tingkat kekesalan gue udah memuncak, emosi gue udah gak beraturan. Dan gue memilih untuk keluar dari lokasi shooting dan coba menenangkan diri. Emang gak gampang jadi pemimpin.

Gue menangkan diri dengan cara… menulis, tulisannya adalah yang sedang kalian baca, tepatnya di 3 paragraf awal. Saking emosinya gue cuma bisa nulis 3 paragraf. Di hari shooting itu gue udah males buat ngebantuinnya, udah males buat ngarahinnya juga, dan yang pasti gue udah muak. Gue merasa gak dihargai, hidup ini emang berat, Kapten.

Saking muaknya, gue hampir menyerah. Gue bilang ke Mardhiyan, “Mar, kayak aku mundur aja, aku tinggal nerima hasil video sama audionya buat diedit, jadi tinggal aku edit.” Dan dia menjawab, “Jangan dong, udah terlanjur, sedikit lagi, kalo kamu keluar gak bakal jalan.” Gue jawab, “Justru itu, karena sedikit lagi, jadinya malah ngelunjak mentang-mentang mau selesai.”

Karena kekesalan gue memuncak, gue males buat ngarahin, akhirnya shooting hari itu gagal total.

Mungkin quotes: apapun yang terjadi, jangan menyerah, jika menyerah, habislah sudah, membangkitkan semangat gue, Sekali lagi, emang gak gampang jadi pemimpin.

Cerita gue itu hanya untuk sebagai gambaran saja. Bagi yang belum nangkep ceritanya, gue akan simpulkan:

  •  Menjadi pemimpin itu harus ada “paksaan”, baik itu untuk diri sendiri atau orang lain. Contohnya, ketika kita menjadi pemimpin, cepat atau lambat kita akan “dipaksa” keluar dari zona nyaman dan itu rasanya akan sangat berat jika kita melakukannya dengan setengah hati.
  •  Berani berinovasi adalah salah satu kunci suksesnya seorang pemimpin. Berani berinovasi bukan berarti kita bisa berbuat seenaknya, tapi harus sesuai dengan kemampuan kita, orang-orang yang kita pimpin, dan harus sesuai dengan keadaan.
  • Menjaga emosi adalah hal terpenting, tidak hanya ketika menjadi pemimpin, bahkan ketika kita disenggol sama orang, kita harus menahan emosi jangan langsung hampool aja. Lain halnya kalau kita disenggol terus dibacok, kalo gitu mah gue bakal balik ngebacok terus bilang: berani-beraninya main bacok-bacok ke gue! Lo gak tau siapa bokap gue?!! *kemudian mati kehabisan darah*.
  • Dan yang terakhir ketika kita memimpin suatu project atau suatu organisasi, kita harus memeggang suatu kata, misalnya: gue pasti bisa!. Quotes penyemangat pun tak kalah penting, jika kita mulai ingin menyerah, kita ingat-ingat lagi quotes itu. Kalo gue sih ini:  apapun yang terjadi, jangan menyerah, jika menyerah, habislah sudah.


Sekian yang dapat gue sampaikan
Sampai jumpa dipost selanjutnya!

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.